Powered By

Free XML Skins for Blogger

Powered by Blogger

Kamis, 08 April 2010

Waspadai Polusi dalam Ruangan



Share
hehehee... heeeeee
curi-curi waktu dikit sambil kerja isi postingan di pagi hari Jum'at ini dulu ahhh, hemmmmm,... semoga aman nih dari orang-orang pembesar (maaf Pa! Ibu! minta ijin meluangkan waktu untuk isi postingan ini karena ini untuk kemaslahatan kesehatan umat manusia dan beserta seluruh isinya Pa.. Bu...... ) , hari kamis ini seperti biasa kesibukan sobat mu ini dalam bekerja penuh keikhlasan hati dan selalu berusaha menampilkan yang terbaik dalam pekerjaan ...semoga doa amin, ....... pokpok aminkan dong jangan baca aja hehehe ... diselang pagiku ini ditempat kerja/ruanganya terlihat bersih dan cling sengihnampakgigisengihnampakgigi beri nilai 100 + top markotop dan bukan nurdin aja top dah buat Cleaning Servisnya hahaha .... paginya seperti biasa juga sobatmu ini sarapan koran dulu ditemani segelas teh hangat minum hemm wangi ...., beberapa lama kemudian balik dan balik info kesehatannya yang ada disurat kabar Banjarmasin Post ternyata ada informasi bahwa polusi dalam ruangan dua hingga lima kali lebih besar dibanding polusi luar ruangan... fikirfikirfikirfikirfikirfikir benar ga siiih jadi pengen keluar ruangan rasanya. tapi dipikir kalo sobatmu ini keluar ruang terus siapa yang isi postingan hari ini hayoooo dannn bagaimana dengan kemaslahtan kesehatan umat manusia didunia ini makanya saya tetap dalam ruangan tersebut sambil isi postingannya, (sok jadi pahlawan haha) info tadi ternyata benar tuh fikirfikir..... wah ternyata sekarang kita bukan hanya waspada pada polusi luar ruangan aja ..ternyata dalam ruangan bisa bahaya juga friends , yayaya.... nah itu sedikit ceritnyaa untuk lanjutnya baca ... baca ..... dan silakan baca .... tanduk

SELAMA ini ruang indoor dianggap sebagai tempat yang aman dari paparan polusi. Padahal justru polusi dalam ruangan dua hingga lima kali lebih besar dibanding polusi luar ruangan.

Polusi udara di kota Jakarta dan kota-kota besar lainnya semakin parah saja. Asap kendaraan bermotor adalah salah satunya. Belum lagi asap rokok dan pencemaran lainnya. Tak pelak, aktivitas di jalan dan lingkungan outdoor dianggap kurang aman untuk kesehatan. Sebaliknya, banyak orang yang menganggap ruang indoor merupakan tempat teraman dari paparan polusi yang ada. Benarkah demikian?

Anggapan tersebut ternyata tidak selamanya benar. Sebuah studi yang dilakukan oleh United State Environtal Protection Agency (US EPA) tentang peluang manusia terpapar polusi menyebutkan, derajat polusi di dalam ruangan, dua sampai lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan polusi dari luar ruangan. Lembaga tersebut juga menempatkan polusi dalam ruangan sebagai satu dari lima besar polusi yang berisiko mengancam kesehatan masyarakat modern.

Mengapa demikian? Faktanya, hampir 90 persen manusia menghabiskan waktu dengan berada di dalam ruangan. Sebut saja di dalam rumah, kendaraan, kantor, restoran, pusat perbelanjaan, rumah sakit, maupun sekolah. “Pencemaran udara di dalam ruangan bisa terjadi akibat jamur, bakteri, virus, debu atau asap dari kendaraan di garasi ketika penghuni rumah sedang memanaskan kendaraan, asap dari kegiatan memasak, serta bakteri dari hewan peliharaan,” kata Dr Mukhtar Ikhsan Sp P (K) MARS.

Faktor lain yang turut berperan dalam pencemaran di indoora adalah karpet yang tidak terawat, paparan gelombang elektromagnetik dari komputer atau barangbarang elektronik, zat kimiawi misalnya pengharum dan pembersih ruangan, pewangi mobil, pakaian, penyemprot nyamuk, mesin fotokopi yang mengeluarkan ozon. Desinfektan hingga tanaman hidup yang tidak pernah dikeluarkan dari ruangan juga merupakan penyumbang pencemaran udara dalam ruangan.

Di kantor, dalam kesehariannya seorang pekerja dapat menghabiskan waktu hingga delapan jam dalam ruangan. Udara yang dihirup dalam keseharian adalah udara yang dialirkan dari sistem saluran udara gedung tersebut. Tanpa disadari, bukan udara saja yang didistribusikan oleh sistem saluran udara gedung dari satu ruang ke ruang lainnya.

Ikut pula partikel-partikel lain, termasuk virus yang juga dapat terdistribusi oleh sistem saluran udara gedung. Virus yang dibawa oleh satu orang saja yang masuk dalam gedung tersebut, kemudian bersama udara dapat tersebar ke seluruh ruangan. Demikian pula debu, kuman, dan bakteri yang penyebarannya melalui udara. “Menurut WHO, dari 3 juta kematian dalam setahun, sebanyak 200.000 disebabkan terpaan polusi outdoor, sedangkan 2,8 juta diakibatkan polusi indoor. Makanya, polusi indoor disebut the silent killer,” kata Mukhtar dalam acara peluncuran rangkaian produk AC Samsung dengan Virus Doctor.

Pencemaran di dalam ruangan juga diakibatkan oleh asap rokok. Perlu diketahui, kebiasaan orang merokok lebih banyak dilakukan di dalam rumah. Penelitian menyebutkan, sebanyak 26 persen orang merokok di tempat kerja, di area outdoor sebanyak 24 persen, sedangkan indoor lainnya sebanyak 24 persen. Yang paling tinggi adalah kebiasaan merokok di rumah, yakni sebesar 29 persen.

Padahal, bukan saja berbahaya bagi yang merokok, asap rokok pun juga berbahaya bagi orang yang tidak merokok atau perokok pasif. Perokok pasif juga memiliki risiko kesehatan yang sama besarnya dengan perokok aktif.

Dalam beberapa dekade terakhir, peluang manusia terpapar polusi udara dalam ruangan diyakini meningkat. Hal ini diakibatkan beberapa faktor, di antaranya, konstruksi bangunan yang tertutup rapat, penggunaan material sintetis untuk perabot dan bangunan, penggunaan formula kimia untuk berbagai produk perawatan, insektisida, pestisida, rodentisida, hingga beragam pembersih barang-barang rumah tangga.

Sebuah penelitian pada 1990-an di Indonesia pernah menyebutkan bahwa pencemaran udara yang berasal dari dalam ruang (gedung), berkontribusi 17 persen, luar gedung 11 persen, gangguan ventilasi 52 persen, dan sisanya bahan bangunan, mikroorganisme, dan yang belum diketahui penyebabnya,” kata spesialis okupasi, Dr Hendrawati UTOMo MS SpOk, yang juga ahli masalah polusi udara dalam ruang.

Pencemaran udara yang berasal dari dalam gedung ini rupanya menimbulkan masalah yang cukup pelik dan dapat membahayakan kesehatan atau yang disebut dengan sick building syndrome. Yaitu, kumpulan gejala akibat kondisi gedung yang kurang memenuhi syarat kesehatan. Gedung di sini bisa berarti gedung perkantoran, apartemen, maupun rumah susun. Amerika Serikat pernah mengadakan penelitian mengenai kondisi beberapa gedung.

Sebanyak 446 gedung ternyata tidak memenuhi standar dan berbahaya bagi kesehatan. Misalnya dengan ventilasi yang tidak adekuat, pencemaran oleh bahan atau alat di dalam gedung, serta polusi dari luar gedung. Hal tersebut riskan bagi kesehatan manusia dan menyebabkan gejala, seperti pusing, sakit kepala, lemah, letih, lesu, iritasi mata, dan gangguan tenggorokan, sulit berkonsentrasi, dan kesulitan bernapas. Untuk mencegah masalah polusi indoor di gedung ini, menurut Hendrawati, ada beberapa cara yang dapat dilakukan. Yang pertama dengan memilih lokasi dan arsitektur gedung yang sehat dan jauh dari sumber polutan.

Dalam membangun gedung, utamakan menggunakan bahan bangunan yang ramah lingkungan. Sedapat mungkin mengurangi sumber polutan, misalnya dengan tidak merokok di dalam ruangan dan menggunakan mesin elektronik di dalam kantor seperlunya. Usahakan pula untuk selalu menjaga pemeliharaan gedung dengan baik.

angelangelangel akhirnya selesai juga menyampaikan info ini, alhamdulillah semoga berkenan dihati sobat semua, aminnnn...

C: www.yuzzran.blogspot.com
Sumber : Banjarmasin Post. Jumat, 9 April 2010 | 24 Rabiul Akhir 1431 H







0 komentar:

Posting Komentar